Kamis, 14 Februari 2013

Tiada tuhan selain Allah
          Allah Ta’ala berfirman: {Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah}.[1]
Ayat di atas adalah ayat 19 surat Muhammad, surat Madaniyyah, dan jumlah ayat-ayatnya adalah 38 ayat setelah basmalah.
Dinamai Muhammad karena ayat 2 surat tersebut mencantumkan nama sang penutup para nabi dan rasul.
Penggalan ayat 2 tersebut {Kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad, dan itulah yang haq dari Tuhan mereka}[2] merupakan penghargaan kepada Nabi Muhammad s.a.w., dan peneguhan atas kebenaran kenabiannya dan atas kerabubiahan wahyu yang dia terima.
Pusaran utama surat Muhammad berbicara tentang ketetapan-ketetapan hukum yang berkaitan dengan persoalan jihad di jalan Allah seperti ketetapan-ketetapan hukum tentang perang dan tawanan perang, tentang bahaya orang-orang yang munafik dalam damai dan dalam perang, dan tentang akidah.
          Di antara mu’jizat tasyri’i Al Qur’an Al Karim dalam kaitannya dengan ketauhidan kepada Allah Ta’ala adalah:
          Kajian-kajian ilmiah membuktikan bahwa kita hidup di alam semesta yang permulaan penciptaannya diperkirakan 13.700 juta tahun yang lalu. Tiap permulaan pastilah pada suatu hari ada penghujungnya, dan setiap yang mempunyai permulaan dan penghujung pastilah bukan sang pencipta tetapi dia adalah yang diciptakan oleh sang pencipta yang mahaagung yaitu Allah.
          Beriman kepada Allah Ta’ala mewajibkan kepada ketauhidan secara mutlak dalam kerabubiahan-Nya. Dalam arti berserah diri bahwa Allah adalah Tuhan segala sesuatu, pemilik segala sesuatu, dan tiada tuhan selain Dia. Demikian pula mewajibkan kepada ketauhidan secara mutlak dalam keilahian-Nya. Dalam arti beriman bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah, dan mewajibkan kepada ketauhidan kepada Allah dalam kaitannya dengan nama-nama Allah yang mulia dan sifat-sifat-Nya.
          Dialah Allah Yang Maha Esa, Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. Dia memperkenalkan zat-Nya kepada dua bapak ibu kita Adam dan Hawa a.s. pada waktu penciptaan mereka berdua, dan mengambil kesaksian terhadap jiwa seluruh keturunan anak cucu mereka berdua atas kerabubiahan-Nya sedang mereka berada di sulbi bapak-bapak mereka. Tentang hal itu Allah Ta’ala berfirman: {Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"}.[3]
Dari sini maka beriman kepada Allah Yang Maha Esa merupakan fitrah yang dimiliki oleh setiap manusia yang berakal. Dari sini pula maka Rasulullah s.a.w. bersabda: (Jarak waktu antara Adam dan Nuh adalah sepuluh abad, semuanya membawa syari’at Allah).[4]
Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan: (Orang-orang saleh dari kaum Nuh ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaum mereka agar mereka membuat patung-patung orang-orang saleh itu di tempat-tempat dimana mereka dahulu mengadakan pertemuan-pertemuan dan agar mereka menamai patung-patung itu dengan nama-nama mereka, lalu mereka melakukannya, namun patung-patung itu pada waktu itu tidak disembah, sehingga ketika mereka meninggal dunia dan ilmu terhapus barulah patung-patung itu disembah).[5]
Ini merupakan potret pertama perbuatan syirik kepada Allah dan persembahan berhala pertama dalam sejarah umat manusia.
 Tatkala persembahan berhala meluas dalam kaum Nuh, Allah Ta’ala mengutus nabi Nuh a.s. kepada mereka agar mereka kembali kepada ketauhidan, tetapi tidak ada yang menerima ajakannya kecuali sedikit, lalu Allah Ta’ala menghukum mereka dengan angin topan, dan selamatlah Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya. Dari keturunan mereka datanglah kaum ‘Ad yang membawa ketauhidan kemudian kaum setan menggoda mereka lalu mereka syirik kepada Allah dan menyembah patung dan berhala, maka Allah Ta’ala mengutus kepada mereka hamba-Nya dan nabi-Nya Huud yang mengajak mereka kepada ketauhidan tetapi tidaklah beriman bersamanya kecuali sedikit, kemudian Allah Ta’ala menghukum mereka dengan angin berpasir.
Allah Ta’ala menyelamatkan nabi-Nya Huud dan orang-orang yang beriman bersamanya. Kemudian setelah itu datanglah dari keturunan anak cucu mereka kaum Tsamud yang hidup dalam ketauhidan lalu kaum setan menggoda mereka sehingga mereka syirik kepada Allah dan menyembah patung dan berhala, maka Allah Ta’ala menghukum mereka dengan halilintar yang membinasakan mereka dan menyelamatkan hamba-Nya dan nabi-Nya Saleh dan orang-orang yang beriman bersamanya. Kemudian dari keturunan mereka datanglah kaum Tsaqif yang hidup dalam ketauhidan lalu kaum setan menggoda mereka sehingga mereka syirik kepada Allah dan menyembah patung, berhala, bintang, dan planet.
Umat manusia pada suatu masa berada dalam keimanan, ketauhidan dan di jalan Allah, dan pada masa yang lain berada dalam kekafiran, kesyirikan dan keluar dari jalan Allah. Demikianlah keberadaan mereka sejak permulaan penciptaan Adam hingga hari kimat. Tentang hal itu Allah Ta’ala berfirman dalam hadis qudsi: (Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan Islam semuanya, maka kaum setanlah yang menggoda mereka dan menyesatkan mereka dari agama mereka).[6]
Alam semesta semuanya dengan siapa dan apa yang ada di dalamnya menjadi saksi atas keesaan sang pencipta langit dan bumi.
Tentang hal itu Allah Ta’ala berfirman: {Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Mahamendengar dan Mahamelihat}.[7]
Dan Allah Ta’ala berfirman: {Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Mahasuci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan}.[8]
Oleh karena itulah pertanyan pengingkaran kepada orang-orang musyrikin {Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?} muncul sebanyak lima kali dalam surat An Naml dan jawabannya muncul sebanyak lima kali pula dalam firman-Nya:
{Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)}.[9]
{Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui}.[10]
{Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)}.[11]
{Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya)}.[12]
{"Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar"}.[13]



[1] Surat Muhammad: 19
[2] Surat Muhammad: 2
[3] Surat Al A’raaf: 172
[4] Hadis riwayat Al Hakim dalam Mustadrak-nya.
[5] Hadis riwayat Bukhari.
[6] Hadis riwayat Tabrani dalam Al Mu’jam Al Kabir.
[7] Surat Asy Syuraa: 11
[8] Surat Al Anbiyaa’: 22
[9] Surat An Naml: 60
[10] Surat An Naml: 61
[11] Surat An Naml: 62
[12] Surat An Naml: 63

[13] Surat An Naml: 64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar