Rabu, 13 Februari 2013

Etika keluh pada orang-orang Yahudi Eropa
Bacaan sejarah masalah holocaust

Kegaduhan yang dipicu oleh sejarawan Inggris Irving sekitar holocaust bukanlah merupakan kebohongan abad duapuluh yang pertama tentang pembantaian orang-orang Yahudi di Eropa dan bukan pula yang terakhir. Nampaknya warisan Yahudi Eropa telah menghasilkan semacam etika keagamaan Yahudi yang mencatat seluruh petaka dan musibah yang dialami oleh orang-orang Yahudi Eropa sejak era perang Salib. Warisan seperti ini tidak didapati dalam warisan Yahudi Dunia Arab dan Islam. Warisan ini dinamai “Etika Keluh” dan merupakan salah satu bentuk warisan kesusasteraan orang-orang Yahudi Eropa. Mereka menaruh perhatian besar pada warisan ini. Nampaknya warisan ini juga merupakan latarbelakang budaya dan sejarah yang darinya keluarlah cerita-cerita tentang holocaust.
Bukan suatu kebetulan sejarah belaka jika etika Yahudi seperti ini muncul pada sekte Yahudi Jerman di era perang Salib di akhir abad sebelas dan berakumulasi terus-menerus sampai pertengahan abad sembilanbelas. Pada waktu gerakan Salibisme dimulai pada lima tahun terakhir dari abad sebelas, orang-orang Salib menyerang kelompok-kelompok Yahudi di lembah sungai Rhein dan Eropa Barat Daya dengan klaim bahwa mereka harus membersihkan negeri mereka dari orang-orang Yahudi yang telah menindas Jesus Kristus, sebelum mereka pergi untuk memerangi kaum muslimin yang menindas para pengikut Jesus Kristus di Palestina. Yang mengejutkan dalam hal ini adalah bahwa gerakan Salibisme di abad sebelas dan gerakan Zionisme di abad sepuluh itu keduanya berpegang pada dasar ideologi yang sama dari satu sisi, dan tujuan keduanya yang agresif itu tertuju pada kawasan Arab dari sisi yang lain.
Kelompok-kelompok Yahudi Eropa telah menulis semacam catatan harian-memorbuch supaya orang-orang Yahudi dapat membaca dalam shalawat mereka nama-nama orang-orang Yahudi yang dibunuh oleh kaum Salib sebelum mereka pergi ke Palestina. Walau memorbuch pada dasarnya dimulai untuk mencatat nama-nama para korban Yahudi yang dibunuh oleh kaum Salib, namun juga mencatat para korban penindasan-penindasan berikutnya, dan merupakan bagian utama dalam kitab-kitab shalawat sekte Yahudi Jerman sampai abad sembilanbelas. Banyak dari memorbuch-memorbuch tersebut yang dihimpun dalam satu kumpulan yang disebut dengan elegies yang meliputi warisan sekte Yahudi Franko-Jerman, sedangkan sebagian dari memorbuch-memorbuch tersebut masih tetap seperti sediakala.
Memorbuch Mainz merupakan satu contoh dari “Etika Keluh Yahudi”. Memorbuch Mainz mengandung catatan kronologis tentang hal-ihwal pengikut sekte Yahudi di kota Mainz-Jerman, baik tentang sumbangan mereka kepada sinagoga dan kepada dompet duafa maupun sumbangan mereka kepada sekolah dan kuburan sekte Yahudi, juga mengandung nama-nama rabi Yahudi terkemuka di era mereka, penelitian Talmud, dan nama-nama pengikut sekte Yahudi yang terbunuh sepanjang masa.
Memorbuch Mainz yang mencatat penindasan-penindasan yang diterapkan oleh kaum Salib terhadap orang-orang Yahudi di provinsi Rhein tahun 1096 Masehi, menyingkap bahwa penulis asli catatan ini menebar konsep bahwa “kelompok Yahudi Mainz bangga terhadap masa lalu mereka yang agung dan pengorbanan-pengorbanan mereka pada masa kini di jalan Allah dan bangsa-Nya yang terpilih”. Konsep ini adalah alunan suara yang tidak pernah luput dari tulisan-tulisan Yahudi kontemporer tentang holocaust yang dilakukan oleh Hitler terhadap orang-orang Yahudi sebagaimana disampaikan oleh propaganda zionisme dan Barat.
Memorbuch Mainz menceritakan secara ringkas perjalanan penindasan-penindasan kaum Salib terhadap orang-orang Yahudi Jerman di provinsi Rhein pada musim semi dan musim panas tahun 4856 almanak Yahudi atau tahun 1096 Masehi. Periode tersebut menyaksikan awal mula penyerangan tentara Salib di bawah komando Jutscholk, Folkmar dan Amicho terhadap orang-orang Yahudi. Penulis asli Memorbuch Mainz menulis penindasan-penindasan tersebut pada pertengahan kedua abad tigabelas atau dua abad setelah terjadinya peristiwa tersebut. Penulisnya adalah Issac Mainnegen yang menyusun Memorbuch Mainz sampai tahun 1289 Masehi, kemudian disempurnakan oleh mereka yang datang sepeninggalnya. Bagian dari Memorbuch Mainz yang disusun oleh Issac Mainnegen adalah bagian asli yang hanya mencakup  nama-nama orang-orang Yahudi yang dibunuh oleh kaum Salib, tetapi penambahan-penambahan yang dimasukkan ke dalam Memorbuch Mainz pada abad-abad berikutnya sesungguhnya bertujuan untuk menjelaskan penderitaan-penderitaan yang terjadi dalam sejarah sekte Yahudi Jerman.
Pada hakikatnya Memorbuch Mainz bukanlah satu-satunya sumber Yahudi yang bercerita tentang penyerbuan-pernyebuan Salib terhadap orang-orang Yahudi Eropa. Aliazer ben Nathan menulis risalah sejarah dengan judul: “Penindasan-penindasan tahun 1096”. Juga seorang penulis Yahudi tidak dikenal identitasnya menulis risalah dengan judul: “Penindasan-penindasan kuno”. Demikian pula Ivrahim Alponi menulis buku sekitar risalah penindasan-penindasan Salib terhadap orang-orang Yahudi Eropa selama persiapan ekspedisi Salib II pada pertengahan abad duabelas Masehi.
Demikianlah orang-orang Yahudi Eropa menaruh kepedulian yang besar kepada pencatatan tentang penderitaan-penderitaan mereka oleh orang-orang Eropa Katolik selama periode perang Salib. Kepedulian tersebut adalah semacam warisan budaya dan psikologi yang membuat mereka mendukung “etika keluh” secara terus-menerus sepanjang masa. Kini kepedulian tersebut semakin menguat dalam bentuk propaganda gerakan zionisme. Lingkaran zionisme selalu menaruh kepedulian untuk meletakkan peristiwa-peristiwa penindasan terhadap orang-orang Yahudi, yang terjadi di berbagai tempat dan pada waktu-waktu yang berbeda, dalam konteks sejarah yang direkayasa sekitar masalah antisemit yaitu masalah yang dengannya hati nurani Eropa merasa diprovokasi dalam waktu yang cukup lama.
Yang menarik adalah bahwa para peneliti Yahudi yang berbicara tentang penindasan-penindasan oleh kaum Salib terhadap orang-orang Yahudi Eropa menyebutkan peristiwa-peristiwa tersebut dengan holocaust I.
Demikianlah orang-orang Yahudi di lembah sungai Rhein dan Eropa Barat Daya mengalami agresi kaum Salib yang dibutakan oleh fanatisme keagamaan. Potret sejarah tersebut nampaknya amat kelam bagi orang-orang Yahudi. Kita patut mengingat bahwa tindakan-tindakan kekerasan berdarah yang dilakukan oleh kaum Salib itu tidak hanya dialami oleh orang-orang Yahudi Eropa saja tetapi juga diderita oleh kaum Kristen di Balkan yang merupakan jalur darat bagi kaum Salib yang pergi ke Palestina, dan di dalam kekaisaran Bizantium. Namun media propaganda zionisme hanya menyebarluaskan dan membesar-besarkan penderitaan yang dialami oleh orang-orang Yahudi saja.
Suber-sumber sejarah menunjukkan bahwa keberadaan Yahudi di Eropa Barat dan belahan utara pegunungan Prince berawal ke abad empat Masehi. Pada awal abad pertengahan masyarakat Eropa beralih ke masyarakat pertanian dengan tata perekonomian primitif yang mengandalkan tata cara barter dalam perdagangan. Uang mempunyai nilai yang tinggi. Kelompok-kelompok Yahudi memainkan peran dalam dunia keuangan dan membawa barang-barang dagangan dari Timur ke Eropa Barat. Kawasan Eropa Barat di kala itu bukan kawasan menarik bagi perdagangan dunia yang dimainkan oleh kaum muslimin dan kaum Bizantium. Demikianlah para pedagang Yahudi memainkan peran perantara antara Eropa Katolik dari satu sisi dengan dunia yang maju (Negeri Islam, Negara Bizantium, India, dan China) dari sisi yang lain. Selama abad sembilan dan sepuluh orang-orang Yahudi berdagang minuman keras, pakaian, dan budak belia.
Kerajaan-kerajaan Viking yang primitif mendapati, dalam pelayanan para pedagang Yahudi yang merupakan jendela mereka satu-satunya ke dunia luar, sesuatu yang bermanfaat dimana mereka melarang para uskup untuk mengganggu ruang gerak mereka.
Pada abad sebelas kelompok-kelompok Yahudi Eropa menikmati posisi sosial yang menyenangkan dibandingkan dengan masyarakat Eropa yang hidup di kala itu. Di Eropa Barat hal ihwal orang-orang Yahudi secara umum lebih baik daripada hal ihwal kaum borjuis. Tidak ada perbedaan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Katolik dalam pakaian atau bahasa atau nama. Demikian pula tidak ada “getto” resmi dimana orang-orang Yahudi mengucilkan diri mereka di dalamnya, tetapi yang ada adalah perkumpulan orang-orang Yahudi di dusun-dusun khusus bagi mereka.
Demikianlah kondisi ekonomi orang-orang Yahudi Eropa akibat dari identitas keagamaan dan asal usul sosial mereka. Mereka berada di luar kerangka sosial masyarakat Eropa di kala itu. Mereka adalah golongan orang-orang asing yang tidak termasuk dalam tiga golongan masyarakat Eropa Barat di kala itu: Orang-orang yang bersembahyang atau orang-orang gereja, orang-orang yang berperang atau kaum aristokrat, dan orang-orang yang bekerja atau kaum tani. Oleh karena itu orang-orang Yahudi memokuskan aktifitas mereka dalam perdagangan dan pinjam-meminjam uang dengan riba yang tinggi.
Garis pemisah dalam sejarah orang-orang Yahudi Eropa pada pertengahan abad sebelas berasal dari tren militer baru yang menguasai Kristen Katolik dari satu sisi dan meningginya gerakan keagamaan masyarakat dari sisi yang lain. Melalui dua fenomena inilah muncul pembenaran agresi terhadap pihak yang lain dengan mengatasnamakan “perang suci” dan “perang Tuhan”. Maka orang-orang Yahudi di Eropa, orang-orang Kristen Ortodoks di Balkan dan Asia Kecil, dan kaum muslimin di kawasan Arab mengalami penderitaan akibat gelombang fanatisme yang dilancarkan oleh Eropa Katolik di kala itu.
Demikian pula perkembangan politik, sosial, dan ekonomi di Eropa Barat telah memunculkan fakta-fakta objektif yang menjadikan hal ihwal orang-orang Yahudi Eropa lebih terganggu lalu para pedagang Eropa dapat melepaskan diri mereka dari pelayanan para perantara Yahudi. Dengan demikian maka tidak ada ruang lain bagi orang-orang Yahudi selain riba.
Para bangsawan aristokrat, aparat gereja, dan pemerintahan kerajaan di kala itu semuanya membutuhkan pelayanan para praktik riba Yahudi yang sangat tinggi. Inilah yang menafsirkan mengapa orang-orang Yahudi Eropa memperoleh perlindungan dari para raja, pangeran dan uskup, dalam menghadapi masyarakat yang marah terhadap mereka selama peristiwa-peristiwa gerakan Salib.
Dari sisi yang lain orang-orang Yahudi di Eropa dahulu mempraktekkan pekerjaan-pekerjaan yang dibenci oleh masyarakat tetapi mendatangkan keuntungan yang besar seperti perpajakan dan perdagangan budak belia yang sebagian dari mereka adalah orang-orang Kristen. Benar bahwa mereka memperoleh keuntungan yang besar dari pekerjaan-pekerjaan tersebut, tetapi bersamaan dengan itu mereka juga memperoleh kebencian dan kedengkian dari orang-orang Kristen dalam masyarakat Eropa.
Di samping itu terdapat faktor keagamaan yang memandang bahwa orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang menyebabkan penyaliban Jesus Kristus, maka pandangan keagamaan Katolik di Eropa melihat bahwa orang-orang Yahudi harus memikul cap dosa yang mereka langgar.
Tetapi kenyataan sejarah memperlihatkan kebalikan dari itu. Orang-orang Yahudi yang hal ihwal mereka seharusnya buruk akibat kejahatan mereka dalam penyaliban Jesus Kristus malah lebih baik daripada hal ihwal kaum borjuis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar