Kamis, 14 Februari 2013

Dzulqarnain a.s. - 1

       Allah Ta’ala berfirman: {Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi}.[1]
Ayat di atas adalah ayat 94 surat Al Kahfi. Surat ini terdiri dari 110 ayat setelah basmalah, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al Kahfi artinya “Goa” dan Ashhabulkahfi artinya “Penghuni-penghuni goa” yaitu para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai ayat 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam goa di salah satu gunung yang mengitari kota mereka selama 309 tahun Qamariah, pada zaman yang dikuasai oleh persekutuan dengan Allah dan pembangkangan atas perintah-perintah-Nya. Setelah ketidakhadiran mereka yang lama dari kehidupan di sekitar mereka, Allah Ta’ala membangkitkan mereka dengan suatu mu’jizat yang memperlihatkan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Selain cerita tersebut terdapat juga beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i’tibar dan pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadis-hadis Rasululah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini.
Pokok-pokok isinya:
1-    Keimanan: Kekuasaan Allah Ta’ala untuk memberi daya hidup pada manusia di luar hukum kebiasaan, dasar-dasar tauhid serta keadilan Allah Ta’ala tidak berubah untuk selama-lamanya, kalimat-kalimat Allah (ilmu-Nya) amat luas sekali, meliputi segala sesuatu, sehingga manusia tidak mampu buat menulisnya. Kepastian datangnya hari berbangkit. Al Qur’an adalah kitab suci yang isinya bersih dari kekacauan dan kepalsuan.
2-   Hukum-hukum: Dasar hukum wakalah (berwakil), larangan membangun tempat ibadah di atas kubur, hukum membaca “Insya Allah”, perbuatan salah yang dilakukan karena lupa adalah dimaafkan, kebolehan merusak suatu barang untuk menghindarkan bahaya yang lebih besar.
3-   Kisah-kisah: Cerita Ashhabulkahfi, cerita dua orang laki-laki yang seorang kafir dan yang lainnya mu’min, cerita nabi Musa a.s. dengan Khidhr a.s., cerita Dzulqarnain dengan Ya’juj dan Ma’juj.
4-   Dan lain-lain: Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari cerita-cerita dalam surat ini antara lain tentang kekuatan iman kepada Allah Ta’ala serta ibadah yang ikhlas kepada-Nya, kesungguhan seseorang dalam mencari guru (ilmu), adab sopan santun antara murid dengan guru, dan beberapa contoh tentang cara memimpin dan memerintah rakyat, serta perjuangan untuk mencapai kebahagiaan rakyat dan Negara.
Surat Al Kahfi berkisar sekitar persoalan akidah Islam seperti golongan surat-surat Makkiyyah yang lain. Untuk menegaskan itu maka surat ini menyampaikan tiga cerita dan memaparkan tiga perumpamaan yang dapat diambil darinya pelajaran dan ketauladanan. Yang pertama adalah cerita Ashhabulkahfi. Yang kedua adalah cerita nabi Musa a.s. dengan Khidhr a.s., dan yang ketiga adalah cerita Dzulqarnain dengan Ya’juj dan Ma’juj. Sementara perumpamaan pertama adalah perumpamaan orang kaya yang sesat jalan dengan hartanya dan orang fakir yang mulia dengan keimanannya kepada Tuhannya. Perumpamaan kedua untuk meneguhkan ketidakkekalan kehidupan dunia dan kemestian kebinasaannya, dan perumpamaan itu diserupai dengan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan setelah turun hujan dari langit, berbuah, matang, petik, atau panen, kemudian musim kemarau sehingga angin membawanya. Perumpamaan ketiga tentang hukuman bagi kesombongan dan sesat jalan sebagaimana telah dialami oleh Iblis yang terkutuk dengan pengusirannya dari surga, pengharamannya dari rahmat Allah sebagai balasan atas pembangkangannya kepada perintah Tuhannya, dan keengganannya untuk sujud hormat kepada bapak kita Adam a.s., sebagaimana diperintahkan oleh Allah Ta’ala kepadanya.
Di antara sisi mu’jizat Al Qur’an Al Karim dalam kaitannya dengan ayat di atas bahwa Ya'juj dan Ma'juj adalah dua bangsa manusia dari keturunan Adam yang banyak penduduknya, bertabiat agresif, dan membuat kerusakan di muka bumi Ya'juj dan Ma'juj ialah dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagai yang telah dilakukan oleh bangsa Tartar dan Mongol. Dua nama ini adalah nama asing bagi bangsa Arab.
Pertama: Ya'juj dan Ma'juj dalam Al Qur’an Al Karim disebutkan dua kali yaitu:
1-    Firman Allah Ta’ala: {Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"}.[2]
Yang dimaksud dengan “tidak mengerti pembicaraan” adalah mereka tidak bisa memahami bahasa orang lain, karena bahasa mereka amat jauh bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangan kecerdasan mereka.
Yang dimaksud dengan “dua buah gunung” adalah dua dinding pembatas buatan atau alami dalam bentuk rentetan gunung-gunung yang berhubungan di sebelah kanan dan sebelah kiri sehingga sampai ke laut. Keduanya telah ada sejak sebelum kedatangan Dzulqarain kepada kaum yang disebutkan dalam ayat di atas. Di antara dua buah gunung itu terdapat sebuah lembah yang darinya bangsa Ya’juj dan Ma’juj dapat melintas ke bangsa-bangsa yang bertetangga dengan mereka untuk membunuh, merampas, menjarah, dan merusak di muka bumi. Tatkala Dzulqarnain sampai ke kaum tersebut mereka mengeluh kepadanya dari apa yang mereka terima dari bangsa Ya’juj dan Ma’juj dan mereka meminta darinya agar dibuatkan dinding pemisah antara mereka dengan bangsa Ya’juj dan Ma’juj.
Dan jawaban Dzulqarnain datang sebagai berikut: {"Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain: "Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku tuangkan ke atas besi panas itu". Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulqarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar"}.[3]
2-   Firman Allah Ta’ala: {Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi}.[4]
Kedua: Ya'juj dan Ma'juj dalam Sunnah Nabi:
1-    Rasulullah s.a.w. bersabda: (Tidak akan datang hari kiamat sehingga mereka melihat sebelumnya sepuluh tanda: Asap, Dajjal, hewan Dabbah, terbit matahari dari sebelah barat, turun Isa putera Maryam, penaklukan bangsa Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana bulan, gerhana bulan di sebelah timur, gerhana bulan di sebelah barat, dan gerhana di Jazirah Arab, dan api keluar dari Qa’ar Aden),[5] dalam hadis yang lain dikatakan bahwa (api keluar dari Yaman mengusir manusia ke tempat perhimpunan mereka).[6]  
2-   Rasulullah s.a.w. bersabda: (Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj menggali tanah setiap hari, sehingga jika mereka nyaris melihat sinar matahari, berkatalah seorang dari mereka: Kembalilah maka kita akan menggalinya besok, maka Allah akan mengulanginya lebih berat dari sebelumnya, sehingga jika sampai waktunya dan Allah hendak untuk mengutus mereka atas manusia, mereka menggali sehingga   
Ketiga: Ya’juj dan Ma’juj dalam tulisan-tulisan para ahli tafsir:
1-    Dalam penjelasannya atas sahih Bukhari, Muhammad Anwar Al Kashmiri seorang ahli tafsir asal Kashmir (wafat tahun 1933) menyebutkan yang artiya: “Bahwa dinding Dzulqarnain telah punah sekarang, tidak ada janji dalam Al Qur’an untuk mempertahankan keberadaannya sampai waktu kedatangan Ya’juj dan Ma’juj, dan tidak ada pula berita yang menjadikannya sebagai penghalang kemunculan dua bangsa tersebut”.
2-   Shekib Arselan dalam bukunya Hadhir Al Alam Al Islami menuturkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa Mongolia. Pendapat itu berdasarkan kepada kenyataan penyerangan mereka yang berulang kali ke Eropa sehingga mereka sampai ke Prancis dan mengadakan kerusakan di dalamnya mporak.
3-   Dalam komentarnya atas firman Allah Ta’ala: {Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar},[7] penulis buku Fii Zilalilqur’an Sayyid Qutub menyebutkan bahwa ayat ini tidak menentukan waktu tertentu bagi kedatangan Ya’juj dan Ma’juj, sedang penggalan ayat {Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar}[8] berari telah dekatlah kedatangan hari berbangkit, yang telah terjadi sejak zaman Rasulullah s.a.w. Tentang hal itu Allah Ta’ala berfirman: {Telah dekatlah kedatangan hari berbangkit dan telah terbelahlah bulan}. Perlu diketahui bahwa waktu menurut hitungan Allah Ta’ala tidak sama dengan waktu menurut hitungan manusia. Bisa jadi waktu kedatangan hari berbangkit dan kejadiannya berlangsung beberapa tahun bahkan beberapa abad lamanya. Bisa jadi manusia melihatnya sebagai waktu yang amat lama, sedang di sisi Allah Ta’ala laksana sekedipan mata. Maka boleh jadi tembok itu telah dibuka pada waktu antara telah dekat kedatangan hari berbangkit dengan hari kita sekarang, dan penyerangan bangsa Mongolia dan Tartar yang menyerbu belahan timur dari bumi ini merupakan salah satu potret penyerbuan bangsa Ya’juj dan Ma’juj.
4-   Sebagian dari sejarawan berpendapat bahwa Ya’juj dan Ma’juj bukanlah bangsa tertentu dari umat manusia. Tetapi mereka adalah segolongan orang yang ditimpa sifat egoisme, keras, dan sombong di muka bumi seperti sifat orang-orang kafir dan musyrik Yahudi di zaman sekarang dan di zaman dahulu.
5-   Sayyid Qutub menyebutkan bahwa sebuah tembok telah ditemukan di dekat kota Tirmidz dan dikenal dengan tembol Babulhadid yang berarti tembok Pintu Besi. Seorang sejarawan Spanyol bernama Claficio dalam perjalanannya tahun 1403 menyebutkan bahwa tembok Pintu Besi ini terletak di antara Samarqand dan India yang boleh jadi merupakan tembok  yang dibangun oleh Dzulqarain.
6-   Apapun, sesungguhnya perdebatan sekitar pribadi Dzulqarain dan sekitar hakikat Ya’juj dan Ma’juj masih terus berlangsung hingga kini. Namun demikian penyebutan dalam Al Qur’an Al Karim tentang kisah Dzulqarnain dengan kaum yang dia bangun untuk mereka dinding pemisah antara mereka dengan Ya’juj dan Ma’juj tetaplah menjadi salah satu sisi mu’jizat Al Qur’an dan bahwasanya ayat-ayatnya tidak mungkin buatan manusia karena tidak ada seseorangpun dari penduduk Jazirah Arab, pada waktu wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w., yang tahu tentang Dzulqarnain atau tembok pemisah yang dia bangun atau tentang Ya’juj dan Ma’juj. 


[1] Surat Al Kahfi: 94
[2] Surat Al Kahfi: 93-94
[3] Surat Al Kahfi: 95-98
[4] Surat Al Anbiyaa’: 96
[5] Hadis riwayat Muslim dan Ahmad.
[6] Hadis riwayat Muslim
[7] Surat Al Anbiyaa’: 96-97
[8] Surat Al Anbiyaa’: 97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar