Rabu, 13 Februari 2013

Di antara rahasia-rahasia Al Qur’an Al Karim


          Allah Ta’ala berfirman: {Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam}.[1]
          Haji berarti pergi ke Makkah Al Mukaramah untuk menunaikan ibadah tawaf, sai, wukuf di Arafah, dan manasik-manasik lain yang ditunaikan oleh setiap muslim yang baligh, akil, bebas dan mampu, walau satu kali dalam seumur hidup, sebagai bentuk pengabulan kepada perintah Allah. Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, dan merupakan kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi hamba-hamba-Nya baik laki-laki maupun perempuan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: {Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam}.[2]
Rasulullah s.a.w. ditanya: (Amal-amal perbuatan apakah yang paling baik? Dia menjawab: Iman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Dikatakan, kemudian apa? Dia menjawab: Kemudian jihad pada jalan Allah. Dikatakan, kemudian apa? Dia menjawab: Kemudian haji yang mabrur, yaitu haji yang tidak dicampuri oleh suatu dosa).[3]

Maksud dan tujuan haji:
          Haji mempunyai beberapa ketetapan hukum di antaranya:
          Pertama: Mengenalkan setiap orang yang mengerjakan haji-walau satu kali dalam seumur hidup-kepada kemuliaan tanah yang paling suci di muka bumi yaitu Makkah Al Mukaramah, pada hari-hari yang paling mulia dalam setahun yaitu sepuluh hari pertama dari bulan dzulhijah.
          Allah Ta’ala memuliakan Makkah Al Mukaramah dan mensucikannya atas seluruh tanah di muka bumi, kemudian Dia memuliakan Madinah Al Mumawarah, dan setelah itu Dia memuliakan Baitilmaqdis di Palestina, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. dalam banyak hadis. Maka jika bersatu kemuliaan tempat dan kemuliaan waktu niscaya berlipatgandalah berkah dan pahala.
          Dari sini maka hikmah dari kewajiban haji adalah pengenalan setiap muslim, baligh, akil, bebas, dan mampu, baik laki-laki maupun perempuan, walau satu kali dalam seumur hidup, kepada kemuliaan tanah yang paling suci di muka bumi yaitu Makkah Al Mukaramah, pada hari-hari yang paling mulia dalam setahun yaitu sepuluh hari pertama dari bulan dzulhijah.
Tentang hal itu Rasulullah s.a.w. bersabda: (Haji yang mabrur tidak ada baginya balasan pahala kecuali surga).[4]
Dan sabdanya: (Ikutilah antara haji dan umrah, maka sesungguhnya keduanya menolah kemiskinan dan dosa sebagaimana kerak memburuki besi, emas, dan perak. Dan tidak ada bagi haji yang mabrur pahala kecuali surga).[5]   
Kedua: Mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada tahap kehidupan dan kepada kemestian kembali kepada Allah Ta’ala.
Walau hakikat kematian ditetapkan oleh Allah Ta’ala terhadap seluruh ciptaan-Nya dan disaksikan atau didengar oleh setiap makhluk hidup di setiap saat, dan walau manusia beriman kepada kemestian pembangkitan, penghitungan, pembalasan, dan kekekalan di kehidupan akhirat, apakah di dalam surga ataukah di dalam neraka, namun kesibukan mereka kepada kehidupan dunia nyaris melupakan mereka kepada hakikat-hakikat itu. Oleh karena itu kematian menjadi suatu musibah, lebih bahaya dari itu bahwa manusia lengah dari musibah kematian itu, mereka berpaling dari mengingatnya, tidak memikirkannya, menghindar dari bekerja untuk kematian, dan sibuk kepada dunia, sehingga kehidupan dunia nyaris melupakan mereka kepada kematian, maka manasik haji mengingatkan manusia untuk keluar dari kesibukan mereka kepada kehidupan dunia-walau sejenak- dan mengingatkan mereka kepada kemestian kembali kepada Allah Ta’ala.
          Ketiga: Mengingatkan manusia untuk muhasabah diri mereka sendiri sebelum mereka dimuhasabah, hal itu sesuai dengan amalan-amalan mereka sebelum mereka menunaikan ibadah haji di antaranya:
1-    Bertaubat kepada Allah Ta’ala dari dosa dan maksiat.
2-   Menyambung tali silaturahmi yang terputus.
3-   Membayar hutang dan mengembalikan hak-hak orang lain.
4-   Belajar keikhlasan niat kepada Allah Ta’ala karena niat menunaikan ibadah haji haruslah semata-mata kepada Allah Ta’ala dan lepas dari hawa nafsu dan pencitraan.
5-   Berpegang teguh pada yang halal dan membersihkan diri dari yang haram karena biaya ibadah haji haruslah dari uang yang paling halal.
6-   Berpegang teguh pada penunaian zakat harta sebelum pergi menunaikan ibadah haji.
7-   Menulis wasiat dan menjelaskan di dalamnya segala hal yang berkaitan dengan hak-hak dalam wasiat itu.
Amalan-amalan itu semuanya merupakan persiapan menyeluruh bagi jiwa manusia dalam rangka perpisahannya dari kehidupan dunia, kembali kepada Allah Ta’ala, persiapan untuk penghitungan di alam kubur dan pembalasannya, kemudian kepada pembangkitan, penghimpunan, dan penerimaan terhadap penghitungan dan pembalasan, dan setelah itu kepada kekekalan di kehidupan akhirat, apakah di surga atau di neraka.
Keempat: Melatih diri atas perpisahan dari kehidupan dunia.
1-    Mandi sebelum berpakaian ihram mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada mandi bagi mayit dan merupakan simbol bagi pensucian diri dari dosa.
2-   Pakaian ihram tanpa perhiasan dan tanpa kekuasaan mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada perpisahan dari kehidupan dunia. Demikian pula pakaian ihram mengingatkannya kepada kain kafan yang dililit pada tubuhnya setelah dimandikan tatkala nyawanya lepas dari dirinya.
3-   Niat untuk ibadah haji merupakan janji antara hamba dan Tuhannya.
4-   Wukuf di miqat mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada ajalnya yang telah ditetapkan kepadanya oleh Allah Ta’ala dan detik-detik ketika dia akan pisah dari kehidupan dunia. sedang peralihan dari halal ke haram lewat miqat mengingatkannya kepada peralihan dari dunia ke akhirat lewat kematian, dan bertalbiah kepada Allah Ta’ala, memohon pertolongan-Nya dan perlindungan-Nya.
5-   Tawaf mengelilingi Ka’bah mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada keserasian dengan gerakan alam semesta dalam ketaatannya kepada perintah-perintah Allah Ta’ala dan kepatuhannya kepada hukum-hukum-Nya, dalam rangka beribadah dan berzikir secara tak henti-hentinya. Sedang awal dari tawaf meneguhkan awal dari ajal manusia dan akhir dari tawal meneguhkan akhir dari ajal manusia.
6-   Shalat di makam mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada perjuangan para nabi dan rasul dan kepada kedudukan orang-orang yang saleh di sisi Allah Ta’ala.
7-   Minum air zamzam meneguhkan kepada kemahakuasaan Allah Ta’ala yang tiada batas dalam rangka memuliakan hamba-hamba-Nya yang saleh.
8-   Sai antara shafa dan marwah mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada ibu Nabi Ismail a.s. tatkala dia berlari-lari kecil antara dua bukit tersebut untuk mencari air bagi anaknya. Karena keikhlasannya dan kepercayaannya kepada Tuhannya, maka Allah Ta’ala memuliakannya dengan mengutus malaikat Jibril a.s. untuk memukul tanah Makkah Al Mukaramah dengan sayapnya lalu keluarlah air zamzam dari bebatuan.
9-   Nafrah dari Mina kemudian ke Arafat mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada hari pembangkitan dalam keramaiannya secara berduyun-duyun.
10-Wukuf di Arafat mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada penghimpunan di hadapan Allah Ta’ala dan kepada penghitungan.
11- Bermalam di Muzdalifah mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada para nabi dan rasul yang telah menunaikan ibadah haji sebelumnya. Hal itu meneguhkan kepada kesatuan agama dan persaudaraan para nabi dan rasul.
12-Mencukur rambut mengingatkan seorang muslim yang sedang menunaikan ibadah haji kepada pengorbanan nabi Ismail a.s. sebagai bentuk penghormatan kepada ketaatannya dan ketaatan bapaknya Ibrahim a.s. kepada perintah-perintah Allah Ta’ala dan sebagai bentuk bagi pensucian dari dosa.
13-Melontar batu kerikil merupakan peneguhan pada kemestian kemenangan hamba yang beriman atas setan dalam perseteruan antara keduanya.
14-Tahalul dari pakaian ihram dan tawaf ifadhah dan tawaf perpisahan merupakan simbol bagi berakhirnya manasik haji dan kembali ke kehidupan dunia dengan dosa yang telah diampuni dan amal saleh yang dikabuli. Dari sini maka wajib bagi seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji untuk membuka lembaran baru setelah kepulangannya dari ibadah haji, kerangkanya adalah pemahaman yang benar pada risalah manusia di kehidupan dunia, yaitu sebagai hamba Allah Ta’ala yang menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya, berjuang dengan sejujur-jujurnya demi penegakan kewajiban khalifatullah di muka bumi, mendirikan agama Allah, dan mengajak kepada agama Allah dengan perkataan yang baik, hujjah yang jelas dan logika yang benar, demi penyelamatan sebanyak-banyaknya umat manusia dari azab neraka Jahannam.
15-Berkumpulnya dan bergeraknya para haji dari berbagai bangsa, warna, jenis, dan bahasa dalam satu konvoi untuk menunaikan manasik haji merupakan suatu peneguhan atas kesatuan umat manusia yang lahir dari satu bapak dan satu ibu yaitu Adam dan Hawa, dan merupakan suatu peneguhan atas kesatuan risalah langit yaitu agama Islam, persaudaraan antara para nabi dan rasul, dan ketauhidan Allah Ta’ala.
Kelima: Seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji membawa dari perjalanan hajinya dengan beberapa sifat yang terpuji di antaranya:
1-    Zuhud di dunia dan peduli pada akhirat, karena dunia sepanjang apapun umur seorang manusia di dalamnya pastilah berakhir dengan kematian. Hal itu bukan berarti kelengahan tanggungjawab manusia di dunia, karena setiap manusia dituntut untuk berhasil di dalamnya, tetapi bukan atas beban akhiratnya.
2-   Yakin bahwa ibadah haji itu mensucikan dosa, sebagaimana Rasulullah s.a.w. bersabda: (Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji sedang dia tidak berbuat pelanggaran dan tidak berbuat kefasikan niscaya dia kembali seperti pada hari ibunya melahirkannya).[6] Bertolak dari keyakinan itu maka wajib bagi setiap orang yang telah menunaikan ibadah haji untuk menjaga baik dirinya agar tidak jatuh ke dalam kemaksiatan kepada Allah Ta’ala.
3-   Mendirikan shalat wajib pada waktunya dan mengerjakan shalat sunnah sebisa mungkin.
4-   Berpegang teguh pada jiwa yang suci, perilaku yang lurus, perkataan yang lembut, pandangan mata yang jernih, bebas dari syahwat dan hawa nafsu, jujur dalam berbicara, lemah lembut dalam memperlakukan orang lain, bertawadhu dalam bersikap, baik dalam mendengar, rapih dalam berpakaian, jauh dari buruk sangka kepada orang lain, moderat dalam mengambil keputusan, teguh dalam kebenaran, bekerja keras dan mengemban tanggungjawab, beramal dan berlomba dalam amalan yang saleh sehingga perilaku seorang haji menjadi contoh tauladan yang baik bagi orang lain.
5-   Peduli pada ilmu-ilmu syar’iah, tafaquh dalam agama, dan disiplin pada apa yang dipelajari, karena Islam adalah agama yang tidak berdiri di atas kebodohan, tetapi berdiri atas ilmu dan disiplin. Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya adalah dua sumber pencarian ilmu bagi tiap muslim. Tiap muslim harus bekerja keras untuk mencaritahu perintah-perintah Allah Ta’ala dan mengajak dirinya dan keluarganya untuk mematuhinya, dan mencaritahu larangan-larangan-Nya lalu mencegahnya dan memeranginya.
6-   Peduli pada rezeki yang halal, makanan yang halal, dan minuman yang halal. Jauh dari syubhat dan perbuatan-perbuatan yang diharamkan.
7-   Setia pada kaum muslimin dan peduli pada persoalan-persoalan besar yang sedang dihadapi oleh mereka, di antaranya persoalan buta huruf (buta baca, buta tulis, dan buta akidah), persoalan keterbelakangan ilmu dan teknologi, dan meluasnya kemiskinan dan penyakit.
8-   Partisipasi aktif dalam mengajak kepada agama Allah dengan perkataan yang baik, alasan yang jelas, dan logika yang benar.
9-   Bekerja keras untuk menyatukan barisan kaum muslimin.



[1] Surat Ali Imran: 97
[2] Surat Ali Imran: 97
[3] Hadis riwayat Imam Ahmad.
[4] Hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim
[5] Hadis sahih riwayat Bukhari
[6] Hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar